Rabu, 15 Juni 2011

Identifikasi Helopeltis antonii pada Tanaman Kakako dan Teh


I.     PENDAHULUAN
Hama penghisap buah Helopeltis antonii (Hemiptera; Miridae) merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kakao di Indonesia. Hama ini menimbulkan kerusakan dengan cara menusuk dan menghisap menghisap cairan buah ataupun tunas-tunas muda. Serangan pada buah muda menyebabkan matinya buah tersebut, sedangkan serangan pada buah berumur  sedang mengakibatkan terbentuknya buah abnormal. Akibatnya, daya hasil dan mutu kakao menurun.
Selain menyerang buah, H. antonii juga menyerang tunas-tunas muda atau pucuk. Serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk dapat menekan produksi kakao sekitar 36-75%. Usaha untuk melindungi buah kakao dari serangan H. antonii dapat dilakukan dengan mengembangkan poulasi semut pada buah kakao. Namun penanggulangan serangan H. antonii pada tanaman kakao saat ini masih menggunakan insektisida sebagai pilihan utama. Di beberapa kebun di Sumatera, penanggulangan hama tersebut dilakukan dengan insektisida yang dikombinasikan dengan semut hitam.
H. antonii Signoret juga merupakan salah satu hama yang sering menimbulkan kerugian di beberapa kebun teh. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh H. antonii  dapat mencapai 40% bahkan lebih. Serangan yang berat dapat menimbulkan kerugian sekitar 50-100%. Untuk menanggulangi serangan H. antonii pada tanaman the dan menekan populasinya dapat dilakukan dengan pemangkasan tanaman, pengaturan daur petik pucuk teh, penggunaan klon unggul, penggunaan insektisida sintetis, tanaman inang dan musuh alami.
Selain pada kakao dan teh, H. antonii merupakan hama penting pada tanaman jambu mete. Hama ini menyerang pucuk, tangkai bunga, dan buah muda. Daun yang terserang H. antonii terhambat pertumbuhannya dan menjadi kering.serangan pada bunga menyebabkan kegagalan pembuahan. Buah yang terserang menunjukan gejala bercak-becak coklat atau hitam yang akhirnya mengering dan gugur.

II.  BIOLOGI HELOPELTIS
Helopeltis spp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera, famili Miridae. Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu adanya tonjolan berbentuk seperti jarum pada mesuskutelum. Helopeltis merupakan genus yang mempunyai banyak spesies. Di Indonesia, spesies yang banyak merusak tanaman jambu mete, kakao, dan teh adalah H. antonii dan H. theivora Waterh.
A.    Stadium Telur
Telur mulai diletakkan serangga betina pada pucuk jambu mete pada hari kelima sampai ketujuh dari saat serangga menjadi dewasa. Telur diletakkan secara berkelompok 2-3 butir dengan panjang telur 0,45 mm - 0, 50 mm dalam jaringan tanaman yang lunak seperti bakal buah, ranting muda, bagian sisi bawah tulang, daun, tangkai buah, dan buah yang masih muda. 
Setiap ekor serangga betina meletakkan telur rata-rata 18 butir. Keberadaan telur pada jaringan bagian tanaman ditandai dengan munculnya benang seperti lilin agak bengkok dan tidak sama panjangnya di permukaan jaringan tanaman. Dalam waktu 6-8 hari telur-telur tersebut mulai menetas menjadi nimfa.
A.    Stadium Nimfa
Pada pucuk tanaman jambu mete, waktu waktu yang diperlukan saat menetas sampai menjadi dewasa adalah 11-15 hari. Selama itu, nimfa mengalami lima kali ganti kulit. Pada tanaman kakao, periode nimfa berkisar antara 11-13 hari. Periode stadia nimfa berkisar antara 10-14 hari. Instar pertama berwarna coklat bening, yang kemudian berubah menjadi coklat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh berwarna coklat muda, antena coklat tua, tonjolan toraks mulai terlihat. Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna coklat muda, antena coklat tua, tonjolan pada toraks terlihat jelas dan bakal sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama.
B.     Stadium Dewasa
Pada tanaman jambu mete, nimfa instar pertama sampai serangga dewasa memerlukan waktu 24 hari. Rata-rata lamanya hidup serangga betina dewasa adalah 7-16 hari, dan serangga dewasa jantan 6-37 hari. Rata-rata lama hidup serangga dewasa jantan dan betina pada tanaman jambu mete berkisar 24 hari. Pada buah kakao, dari setiap 30 ekor nimfa yang menetas dapat diperoleh24-29 ekor serangga dewasa, dengan perbandingan 1,30 betina dan 1 jantan. Lama hidup serangga betina berkisar antara 10-42 hari, sedangkan jantan 8-52 hari.

III.     KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN
Pada tanaman jambu mete di pembibitan, nimfa instar pertama dan kedua pertama-tama menyerang daun muda kemudian pucuk. Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak transparan berbentuk elips di sepanjang tepi tulangdaun dan berbentuk segi empat pada helai daun. Serangan nimfa pada bibit yang berumur 2-3 bulan menyebabkan pertumbuhan bibit terhambat.
 Nimfa instar keempat dan kelima menghisap cairan pucuk lebih banyak dibanding serangga dewasa. Nimfa instar kelima dan serangga betina lebih berpotensi menimbulkan kerusakan dibanding nimfa instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan serangga jantan. Nimfa H. antonii terutama menyerang bagian tengah dan bawah tajuk tanaman. Serangga dewasa mula-mula menyerang daun muda, kemudian berlanjut ke bagian batang yang muda. Gejala serangan ditandai dengan timbulnya bercak coklat tua berukuran 8-10 mm. serangan berat pada pucuk menyebabkan pucuk mati sehingga mempengaruhi pembungaan. Bila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman memasuki fase generatif, pucuk tidak dapat menghasilkan tangkai bunga.
H. antonii merupakan hama penting pada tanaman kakao di Jawa dan Sumatera Utara. Bagian tanaman yang diserang adalah daun muda, tangkai daun, pucuk, dan buah. Pucuk yang terserang terutama yang masih lunak dengan daun belum membuka. Buah yang disenangi adalah yang masih muda dan yang mendekati matang. Buah yang terserang menunjukan bekas tusukan berupa bercak-bercak hitam pada permukaan buah. Pada serangan berat, seluruh permukaan buah dipenuhi oleh bekas tusukan berwarna hitam  dan kering, kulitnya mengeras serta retak-retak.

IV.     STRATEGI PENGENDALIAN
A.    Mekanis
Pengendalian scara mekanis meliputi penangkapan dan penyelubungan buah dengan kantong plastik.
B.     Kultur teknis
1.      Pemberian pupuk secara teratur akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki daya tahan tubuh yang baikserta memiliki daya tahan tinggi terhadap gangguan hama.
2.      Pemangkasan pada tanaman kakao dilakukan dengan cara membuang tunasair yang tumbuh di sekitar prapatan dan cabang-cabang utama. Tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman karenadapat menjadi pesaing tanaman dalam pengambilan zat hara dan air.
3.      Sanitasi tanaman inang.  H. antonii dapat hidup pada tanaman inang lain seperti kapok, rambutan, dadap, albasia, dan dari famili Leguminoceae.
4.      Pada tanaman kakao, pohon pelindung sangat diperlukan, baik pohon pelindung sementara atau tetap. Pelindung sementara diperlukan watu bibit ditanam di lapang. Pohn pelindung tetap diperlukan agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup ideal.
5.      Pemilihan klon unggul
C.     Pengendalian secara hayati
Pengendalian H. antonii pada tanaman jambu mete dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami khususnya B. bassiana telah dilaksanakan di Yogyakarta (DIY)tetapi belum membri hasil yang memuaskan. Sedangkan pengendalian pada tanaman kakao dengan menggunakan semut hitam dan semut rang-rang cukup prospektif.
D.    Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi harus dilakukan secara hati-hati, karena pengendaliannya yang tidak tepat justru akan meningkatkan populasi H. antonii. Tanaman yang disemprot insektisidaakan tumbuh lebih cepat dengan tunas-tunas baruyang lebih sukulen dan disukai hama tersebut. Selain itu, pengendalian kimiawi yang tidak tepat akan membunuh predator dan parasitoid hama tersebut.

V.     KESIMPULAN
H. antonii merupakan hama utama pada tanaman jambu mete, kakao dan teh. Siklus hidup H. antonii kurang lebih 24 hari, dan selama hidupnya mengalami lima kali perganian kulit. H. antonii merusak tanaman perkebunan dengan menyerang pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah, dan biji. Pengendalian H. antonii dapat dilakukan dengan cara mekanis, kultur teknis, dan pengendalian hayati. Namun pengendalian hayati lah yang cukup baik karena aman bagi lingkungan dan potensinya cukup tersedia di alam.